Selasa, 15 Agustus 2017

MERDEKA



Merdeka adalah ketika perempuan menjadi tak sembarang perempuan

Yang ketika ia memilili kartu kredit

Ia tak keakuan bisa membeli seluruh dunia

Rendah hati meski sebenarnya Ia mampu



Adalah ketika perempuan menjadi tak sembarang perempuan

Yang pandai memasak dan merapihkan lemari kamarnya

Karena berkeringat setelah melakukan pekerjaan rumah

Adalah kebahagiaannya



Adalah ketika perempuan menjadi tak sembarang perempuan

Yang pandai merangkai caption aduhai bijaksana di foto media sosial

Kemudian menerapkannya dalam hidupnya



Adalah ketika perempuan menjadi tak sembarang perempuan

Menyelesaikan hal-hal dengan segera

Mencintai pekerjaan atau jurusan sekolahnya

Tanpa menumpuk lalu menyebutkan itu adalah ‘jebakan batman’



Adalah ketika perempuan menjadi tak sembarang perempuan

Yang jika Ia pergi dekat maupun jauh

Seisi rumah takkan mengkhawatirkan Ia ke mana

Ia bijaksana pada dirinya sendiri dan kembali dengan kabar baik



Adalah ketika perempuan menjadi tak sembarang perempuan

Yang ketika Ia terjatuh, Ia tak berkoar bahwa ia jatuh

Ia akan mengandalkan air terjun, sungai, dan pantai sebagai penawar

Sehingga Ia sadar bahwa jatuhnya tak seberapa





Adalah ketika perempuan menjadi tak sembarang perempuan
Memakai tubuhnya sendiri
Memakai pikirannya sendiri
Dengan bijaksana
Di manapun Ia berada

Gili Trawangan, 16 Agustus 2017
09.23 PM



Jumat, 28 Juli 2017

Yi Dok Gong Dok dan Mungil yang Lincah


Saya memang mungil, tapi saya lincah. I’m nimble in loving and forgetting. Even if loving is short and forgetting so long, karena terkadang sebagian ruang ataupun kekasih (maksud:luas) layak untuk ditinggalkan.

Hidup setelah petir menyambarmu kadang tak mudah, tapi percayalah, jika kita meneruskannya dengan kesibukan sendiri itu akan berganti nikmat. Seperti yang pernah seorang katakan Tahun 2013 pada saya di Mercusuar kota lama Ampenan, sebutlah kekasih lama, walau (tak) secara simbolik, dia berkata bahwa “YI DOK GONG DOK—penawar bisa ular itu ada pada ular itu juga”. Ngena gak maksudnya? Berhenti menyalahkan orang lain, karena diri kita sendiri yang hanya bisa menyembuhkannya. Isn’t right? Inilah yang membuat kita hidup, kita perlu berbagai rasa agar menyadarkan bahwa kita masih hidup. Alam butuh hujan besar dan petir menyambar agar pelangi indah muncul setelahnya.

Setiap ruang yang saya singgahi pasti memberi saya sepaket kesan; bahagia dan luka. Bagi saya itu adalah mutlak satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Contoh, ketika saya sedang merangkai tugas akhir skripsi di perkuliahan. Orang lain menanggap itu berjalan ‘lempeng’ (bahasa; mulus/lurus). But who knows saya harus terkikis agar bisa melalui itu semua. Banyak ungkapan Pembimbing saya yang menyakitkan (namun mendidik) agar saya mengkualitaskan kecepatan yang saya targetkan. Saat itu, untuk ukuran anak berusia 20 tahun  sangat-sangat-sangat-sangat-sangat meruntuhkan. Kedua, di kegiatan lapangan, banyak hal yang membuat saya runtuh kembali karena hasil analisis yang pointless, ya mau gamau saya harus berulang kali turun ke Perusahaan tempat saya penelitian. Ketiga, ke dua orang tua saya bercerai, even ketika saya tak ada semangat apapun, mereka yang saya andalkan juga runtuh. Anyway, saya cerita sampai sini agar kalian memahami secara kaffah bagaimana kondisi saya saat itu, karena saya benci disotoy-kan orang.

Saat itu saya mengunjungi Perpustakaan Daerah, tempat favorit saya belajar yang mengingatkan saya pada kalimat ‘Yi Dok Gong Dok’. Dan memang benar, penawar keruntuhan saya pada waktu itu adalah ada pada diri saya sendiri. Saya merangkak dan kembali menata semuanya dengan sisa-sisa pola yang saya rangkai sebelumnya, walau sebagian terpecah belah. Saya yakin, kelak akan ada pelangi indah yang hadir.
Karena terkadang menikmati lara adalah nikmat, there’s no reason to stop, no reason to return. 
Tiga bulan setelahnya saya benar-benar selesai dan melengkapi Ujian Skripsi di Bulan Maret 2017. Oh masa-masa kelam. Setelah Ujian Skripsi berlangsung, saya mencoba melamar kerja ke sana- ke sini (saat itu belum ada SKL ataupun fotokopi ijazah). Dan hebatnya kuasa Tuhan, Ia mengirim saya ke Pulau favorit saya ketika kecil, untuk meliburkan lelah saya dan memperkerjakan kemampuan saya. Waktu saya terisi dengan produktif bersama lingkungan baru. And well, saya bekerja di perusahaan jasa pariwisata swasta milik orang luar. Di ruang kerja saya duduk bersama manager bule dari Swedia, tidak rasis dan sangat toleran. Berbagai kemudahan dan fasilitas Tuhan kirimkan melalui mereka, even pada saat itu saya masih fresh graduate yang tidak ada pengalaman apapun, namun mereka toleran membimbing saya hingga saya lincah pada bulan ke dua setelahnya. Berkah ini adalah ruang agar saya lupa terhadap lelah-lelah di tempo bulan ke belakang. Ini adalah bagaimana adilnya Tuhan saya, pada saya.  




Lincahlah dalam hal berjalan ketika kakimu terluka, meski kamu mungil. ‘Cause when all is well, you're going to look back on this period of your life and be so glad that you never gave up. – Haruki Murakami

Senin, 17 Juli 2017

Lombok and The Reason It Choosed


Seorang teman lama bertanya pada saya, bagaimana cara menguatkan diri untuk tinggal atau bekerja di kota/pulau yang asing bagi kita, terlebih dengan sebatang kara. Lalu kita harus berpisah jarak dengan keluarga dekat, harus rela melepaskan ‘permintaan’ yang ingin mengisi separuh dari kita, demi alasan yang kita sendiri tidak tahu mengapa kita memilihnya.

Tentunya, masing-masing manusia punya kondisi yang berbeda. Tapi saya yakin (apalagi untuk perempuan) ini bukanlah hal yang mudah. Tidak harus pergi ke pulau seberang saja sudah aduhai berat. Tapi saya selalu bangga kepada mereka (terlebih perempuan) yang berani meninggalkan zona nyamannya (untuk menderita), mengasah diri dan berkumpul ilmu. Bagi saya, menderita itu ASYIK.

Kenapa? – karena saat kita menderita, fokus kita lebih terarah, kita tidak lupa diri, dan lebih pintar menitipkan diri.

Bagi saya, setiap kota adalah adalah tempat asyik untuk belajar. Belajar bagaimana uniknya berbudaya, berbahasa, bertatakrama, dan tentu, bagaimana saya belajar untuk berteman. Saya lahir dan dibesarkan oleh keluarga yang sangat hebat di Kuningan Jawa Barat. Semenjak kecil, tatakrama di keluarga saya sangat kental sekental-kentalnya. Tapi, mereka tak mengikat harus ke mana saya ketika besar. Hampir seluruhnya (kecuali Mamah dan ke dua Tante perempuan saya), mengisi di seluruh wilayah Indonesia bahkan Luar Negeri, dari Jakarta-Solo-Surabaya-Lombok- hingga—Papua – Hingga daratan Eropa. Jadi, bagi keluarga saya, pergi sejauh mana pun adalah enteng, ketika berpegangan dengan kukuh.

Hingga pada Tahun 2013 setelah saya lulus SMA, saya menentukan Lombok untuk tempat saya belajar dan menemukan sesuatu yang ingin saya temukan. Lombok adalah kota yang spesial bagi saya (walau saya tidak lahir dan besar di sini). Suasana Lombok sangat sesuai dengan hobi saya yang GILA JALAN dan tentu Lombok juga surganya kuliner pedas yang yahud. Dari Lombok saya banyak belajar mengenai hal baru dalam hidup saya. Even ketika saya harus jatuh sakit dan meringkuk di kosan, sangat jauh dari keluarga, terkadang Lombok lah yang menghibur dan menjadi perantara mengobatinya.

Tentu, telah banyak sekali pahit-manis yang sudah terlalui. I DID AND EVERYTHING HEALS BY ITSELF. Ketika kuliah bahkan ketika saya telah bekerja. Ya kuliah saya gitu-gitu aja, standar lah. Saya juga bekerja gitu-gitu aja, masih dalam standar. Tapi dengan standar yang sangat sederhana inilah saya mampu merangkainya dengan corak saya sendiri. Kadang tak mudah menghasilkan corak di tempat yang sangat asing seperti ini.

Hingga tiba waktu saya telah lulus kuliah, dan hingga tiba waktu juga keluarga saya follow up saya agar pulang ke Kuningan, at least, di sekitar Jawa Barat/Tengah/Timur, tidak harus seberang menyeberang. Meski saat itu saya harus mengecewakan Mama dengan menunda permintaannya. Hingga saya memilih bekerja di Perusahaan Swasta di Lombok, tetap LOMBOK. Terlebih perusahaan ini adalah perusahaan jasa pariwisata di pulau yang sangat terkenal bagi traveler dunia. Tempat saya bekerja saat ini berbeda pulau dengan kota saya kuliah sebelumnya, meski masih di Provinsi yang sama. Tentu, TEMPAT BARU. Saya harus belajar dari nol tentang kesederhanaan yang menjadi corak saya. Awalnya, saya ragu saya bisa bertahan lama di Perusahaan ini, until times conveys certainty, karena ada betah saat kita ingin arah. Saya perlu arah untuk belajar bahasa, bisnis, suasana, pertemanan, dan tentu saya masih perlu waktu lama berada di sini. Itulah mengapa saya bertahan bekerja di tempat sangat jauh dan sangat berisiko seperti ini. But really, I have everything good around me. Friends and job that I love.




Saya ingin tinggal lebih lama, untuk alasan yang hanya rahasia saya dan Tuhan saja.

Saya ingin tinggal lebih lama. 


Selasa, 11 Juli 2017

Yo No Tengo Prisa. Yo Me Quiero Das El Viaje.


“Yo no tengo prisa, yo me quiero das el viaje”. Saya tidak terburu-buru, saya ingin melakukan perjalanan. – Despacito by Luis Fonsi-Daddy Yankee.




Perlahan.

Seorang pujangga pada masanya pernah berkata bahwa ‘perlahan’ luka dan bahagia akan ada hadir di manapun kau ada, dan dengan sendirinya mereka akan mewarnai, entah di tempatmu saat itu, atau kau p(indah) ke tempat baru yang lebih menyegarkan dengan ‘merantau’.

Merantau.

Suatu aktivitas menyenangkan untuk penyembuhan dan tentu, penemuan-penemuan hal baru dalam sejarah masing-masing pelakunya. Dalam merantau, bisa jadi kita menemukan nilai yang tak semua orang dapati, karena tidak semua orang mampu pergi sejauh yang kita lakukan. Dalam merantau, bisa jadi kita mendapati ramuan bahan untuk membuat bangga orang tua kita. Dalam merantau, bisa jadi kita menemui sesosok dari bermilyar kemungkinan untuk tinggal. Dalam merantau, pun bisa jadi kita hancur karena keliru dalam keputusan.

Merantau tak harus pergi jauh, ke Ibukota, luar pulau atau bahkan luar negeri. Merantau adalah niat merubah diri, menjadi sosok lebih baik, atau sebaliknya. Kemudian pulang membawa apa yang kampung halaman titipkan.

Terlalu banyak kemungkinan bagi Perantau untuk menentukan keputusan, “Where do I begin?”.

I know, exactly, ‘cause I ever knew and felt.

Bahkan, dalam menjawabnya saya terombang-ambing dalam ratusan ribu sketsa alur pikiran yang harus saya tarik benang merahnya. Adalah untung saya kuat, jika tidak, MUNGKIN, bisa pegat dan masuk rumah sakit jiwa :D

The point is “Yo no tengo prisa” and “Be Kind”, jangan terburu-buru dan jadilah baik. Kita punya Iman, maka libatkanlah dalam kehidupan. Itulah mengapa Iman (Agama) sangat-SANGAT penting dalam hidup. Jangan pergi sendirian tanpa iman pada Tuhan, karena nanti akan ripuh. 
Adalah hal yang sangat nikmat, ketika dalam perjalanan kau ada pegangan.


Rabu, 28 September 2016

10 Things Forget & Forgive by A Moment to Remember




Adalah sebuah tulisan yang masih dengan tema “Maaf-Memaafkan”. Ide pokok tulisan ini diangkat dari sebuah International Movie yang booming di tahun 2004 lalu. Film favorit saya bersama Para Sahabat (masih dengan nama Naya dan Caca) yang doyan nongkrong di industri perfilman online. Tahun 2013 adalah tahun pertama saya dipertemukan dengan film ini. Dulu kondisinya masih hambar, masih belum jelas saya sedang bersama siapa (HAHAHA), jadi rada baper kalo nonotn film ini sendirian. Ckckck…Filmnya udah ketinggalan zaman sih, tapi jangan salah, moral lesson-nya tadjem banget, film ini juga berasal dari Negeri Oppa-Oppaku diseberang sana, (OPPA RI HONGKONG!!)
 Ya, A Moment to Remember, yang diperankan oleh Su-Jin dan Chul-Soo, sepasang Dua Pesakitan yang ditemukan karena sebotol minuman c*ca-cola di salah satu supermarket. Baik Su-Jin maupun Chul-Soo mempunyai cerita kelam masing-masing. Su Jin yang hampir dibawa lari oleh suami orang, dan Chul-Soo yang tak kunjung bisa memaafkan perbuatan Ibu Kandungnya yang menelantarkannya sejak kecil.
Make everything turn a fresh, keduanya kembali memulai sesuatu dengan cara yang segar, Su Jin pun tertarik pada Chul-Soo yang pada saat itu tengah mengikuti Architecture Licence Test

Berikut, saya share-kan pesan-pesan segar yang tertuang di fim jadul ini. Film yang mengajarkan kita bagaimana cara sepasang manusia saling menyayangi dengan baik, dengan sejuta ketegasan Chul-Soo dalam menjaga Su Jin yang pada cerita ini menderita penyakit Alzheimer; sebuah penyakit yang menyerang ingatan. A mental death will come before a physical one . Su-Jin’ll forget everything. All Her memories will disapper completely.

1. To forget easily is a gift. So, make everything turn a fresh

Memang, melupakan dengan mudah adalah sebuah hadiah indah dari Tuhan, karena lupa-melupakan adalah cara mudah untuk menghilangkan luka. Dan inilah yang dirasakan oleh Su-Jin & Chul-Soo. Dengan segenap hatinya, Chul-Soo menerima masa lalu Su-Jin bersama Young-Min yang telah beristri. Intinya ya, jempol buat Chul-Soo deh, karena dia selalu bilang, “Gapapa, lupain aja. Bersama adalah telah cukup”. Jadi, beginilah sikap orang dewasa, yang ga terlalu meributkan hal-hal kecil, yang ga akan takut untuk kehilangan ini-itu yang telah baik-baik dia jaga. Bersama adalah telah cukup, masa bodo apa yang telah berlalu, it’s basi.

2. Getting a cut doen’t help forget the past. Don’t get caught up in it, time heals everything
     Kadang perempuan yah, dikit-dikit ada masalah larinya ke rambut, rasanya pengen ngebabat habis mahkota hitam lebatnya, dengan nyanyian kalau sesuatu yang baru bisa dimulai dengan tatanan rambut yang baru juga. HEY, DON’T GET CAUGHT UP IN IT, jangan terlalu berlebihan mengaplikasikan kekesalan/kesedihan pada obyek-obyek disamping kita. Believe me, that time heals everything. Kalau kita rasa sumpek terhadap sesuatu hal yang kita hadapi, percaya, bahwa waktu akan menyebuhkannya sendiri. Kita punya Tuhan, kita punya keluarga dan sahabat. It’s more enough for healing.
 3. Do you have any saving at all? Stop spending and start saving. It’s about time you got a married

     Aww…. Ngeri ya quotes-nya? Bagian ini adalah best favorit yang super banget-pol diantara kutipan yang saya rangkup di film ini. Haha… ‘Cause its about saving for something you find in a way, apalagi kalau bukan nikah? Satu hal yang membuat manusia tertarik pada lawan jenis adalah yah tentang yang satu ini, berlanjut, lanjut-melanjutkan untuk bisa lanjut-lanjutan dengan terkejut. Wkwkwk (Bingung sama bahasa sendiri).
     Ini juga kayak self-reminder buat saya juga sih, kalau mulai sekarang itu kudu Stop spending and start saving, karena sudah dewasa, sudah banyak yang harus dipertimbangkan. Dan ini juga yang diceritakan di film ini, bahwa Chul-Soo itu pinter berjuang dan ngumpulin uang. Jempol lagi untuk Chul-Soo.

4. A true architect fears a blank canvas

      Untuk kutipan keempat ini, saya merubah ide pokok dari Arsitek menjadi Pujangga. Banyak yang saya temui bahwa terdapat segelintir orang yang suka comat-comot karya oranglain tanpa menyertainya dengan kode etik kutipan yang benar. Ini pun berlaku disini, bahwa, a true Poet fears a blank paper. Alangkah senang pembaca jika apa yang kita tulis adalah apa yang menjadi diri kita, bukan memaksakan menjadi pihak lain yang pernah berkontribusi. Berkarya secara sehat.  Semoga, kita bisa banyak belajar dari hal ini.

5. My wife was an inspiration
    Kembali lagi pada Chul-Soo, bahwa kita bisa banyak belajar dari Pria Gondrong menggemaskan ini. Chul-Soo pandai bersyukur atas apapun yang telah Ia terima dari hadiah Tuhan. Bahwa Ia memiliki Su-Jin yang selalu ia banggakan sebagai objek atas karya-karya arsitekturnya, (PLEASE JANGAN BAPER!). Bahwa terkadang, menanggap seseorang itu ada dan menjadikannya sebuah berharga adalah suatu keharusan. Bahwa terkadang, ketika Chul-Soo membahagiakan Su-Jin, Ia akan turut bahagia juga setelahnya. Begitulah cinta bekerja.

6. Wait for a little time. I’ve been eyeing this lot for three years now

     Kita tidak bisa berada di lantai sepuluh jika tak memulainya pada lantai satu, bukan? Begitulah juga dengan perjuangan. Banyak hal yang saya temui di beberapa lingkungan, yang menuntut orang-orangnya untuk langsung *duar* jadi luar biasa. Orang luar biasa pun pada awalnya menjadi biasa dulu, berasah tanpa pasrah hingga pantas dijadikan luar biasa. 

 7. Forgving? It’s just, giving away just one plain room in your heart
     Memaafkan itu bukanlah hal yang sulit. Kita hanya perlu menyediakan suatu tempat di hati kecil kita. Saya paham, bahwa untuk beberapa pihak (termasuk saya), memaafka ketika sedang marah adalah hal yang sangat sukar kita lakukan, ini pun yang dirasakan Chul-Soo ketika Su-Jin memintanya untuk menemui Ibu Kandungnya, dan memaafkannya dengan tulus. Caranya Su- Ji dalam merayu Chul-Soo itu asyik banget. Dia langsung luluh, walau tangannya berlumur darah, karena apa? Karena memaafkan adalah hanya perlu menyediakan ruang kecil di hati kecil kita.
 8. Sould I quit my job? Why don’t I stay home and do the chores?


      Saya mau saya mau saya mau saya mauuuuuuuuu. Hehe… Mau apa? Mau melaksanakan pekerjaan rumah seperti Su-Jin. Bangun terlebih dahulu untuk memasak sarapan, dan tidur lebih telat untuk memanjakan kepenatan hari Chul-Soo. Nikmat ya? Tapi, nampaknya cerita ini sudah mulai pada klimaks, bahwa Su-Jin telah terindikasi dengan penyakit Alzheimer yang menyerangnya.
 9.A mental death will come before a physical one . Su-Jin’ll forget everything. All Her memories will disapper completely

    Im sorry, I never meant to break your heart. Are you crying now? God, what have I done? I didn’t want to see you crying or in pain. I wanted to make you happy. But all I’ve done is put you in agony. Chul-soo! Oh my love Chul-Soo. Don’t get me wrong. I only love you and only you. How badly do I wish to show you in my heart. Is there any way I can do that while my memory remains? I don’t want to forget that. I’m afraid my just-returned memory will leave me again, before I tell you everything I have to say. I love you. I met you because I was forgetful. Im leaving you because Im forgetful, too. You were the best thing that ever happened to me. How thankful I am to God for having sent you as a gift to me. I don’t have to remember you. You are a part of me. I smile, laugh, and smell like you do. I might forget yo, but nothing can drive you out of my body. – Su-Jin.
Ini bagian surat yang dituliskan Su-Jin untuk Chul-Soo ketika ia tengah mengingat ingatannya. Sedih memang jika sepasang manusia harus berpisah dengan cara yang seperti ini. No, tidak ada perpisahan yang indah.

10.   If you forget everything, I will pop up out of nowhere. Im your memory, I’m your heart. No more tears 
   
I said I’d remember everyhthing for you. You know that I’m smart.  I passed the architect test on the first day. You didn’t foget that. If you forget everything, I will pop up out of nowhere. Im your memory, I’m your heart. No more tears. – Chul Soo.




Jumat, 16 September 2016

13 Ingatan bersama Naya dan Caca



“Naya, Caca, kelak jika kita hidup di Pulau berbeda, tetaplah mengunjungiku sebagai teman baik, yang pernah memimpikan bernene-nenek dengan baik bersama, di Pulau yang sama.” – Rere (Dennisa)

Naya dan Caca. Masih dengan nama yang sama. Aku mengenal mereka melalui Pulau ini. Pulau yang sama sekali tak pernah terlintas untuk kusinggahi walau hanya sekejap. Pulau yang memberikan banyak kesan baik-buruk dalam ingatan. Pulau yang banyak mendidikku menjadi tegar dan segar. Pulau yang memperkenalkanku pada orang-orang asing, yang kemudian menjadi penting. Pulau yang, maaf, (ongkos pesawatnya mahal banget dari Bandung ataupun Jakarta) Hahahaa… *serius ah*
Naya dan Caca. Masih dengan kepribadian yang sama. Kami berbeda watak, sangat berbeda. Bukan tak pernah, kami mengalami berbagai konflik, jangka pendek maupun jangka panjang. Konflik yang hanya sebatas adu mulut, sampai konflik yang main tendang-guling-gulingan badan. Itulah cinta, seberapa pun menyebalkannya mereka, kalian akan selalu punya alasan untuk memaafkan. Dalam hal ini, teori “Loving can Heal” adalah mutlak.
Naya dan Caca. Masih dengan tujuan hidup yang sama. Ada yang ingin melanjutkan sekolah setinggi-tingginya dan tumbuh menjadi pengabdi Negara (Caca). Ada juga yang ingin melanjutkan bisnis perhotelan keluarga dengan orientasi turis-dolar-turis-dolar (Naya).
Naya dan Caca. Masih dengan gaya belajar yang sama. Ada yang bandel, susah diatur, main terus, bolos terus, tapi pinter. Ada yang flat, enggak rajin-enggak malas, tapi bah….. peka banget sama waktu, nurut banget sama prosedur-prosedur.
Naya dan Caca. Masih dengan kekasih-kekasihnya yang sama (YAELAAAAH, NGAPA BAHAS INI YA). Walau berbeda nama penjudulan, tapi mereka masih mengingat orang yang sama. Ada yang betah putus nyambung, tapi selalu terlihat romantis (Caca), ada juga yang betah nunggu mantan putus dengan gebetan barunya, tapi sok-sokan kuat kayak wonder woman (Naya). Hahaaa.. Tapi, bagaimanapun cara mereka menjudulkan rasa, aku tetap menyayangi dan mendukung apapun keputusan mereka, mereka sudah dewasa!!!
Naya dan Caca. Masih dengan Aku, Penulis tulisan yang sama. Tak terasa, telah hampir tiga tahun setengah kita saling mengenal seperti ini. Sungguh sangat egois, jika aku sama sekali tak menulis tentang kalian di tahun terakhirku di Pulau ini. Aku ingin menyampaikan rasa terimakasihku, karena kalian telah terlahir ke dunia, menemaniku berjalan dengan baik, disini.
Ini adalah 13 Ingatan Baik bersama Naya dan Caca:
1.  Hari Pertama Paska Ospek Bersapa di Tangga Gedung C Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Yang paling kiri, pakai kerudung pink adalah Astika. Pernah menjadi bagian dari kita, yang sekarang menghilang ditelan misteri-misteri.
2.Tradisi yang Tak Pernah Terlupa, Berfoto bersama Dosen di Hari Terakhir Perkuliahan Sebelum Ujian
"Pak, boleh minta waktunya sebentar? untuk kenang-kenangan kami suatu hari nanti pak" Hahaha... Memalukan mengingatnya ih --"
3. Ketika Caca Memperkenalkan Orang Asing yang Menjadi Penting; Pandu Taura Dewantara
"Hi Re! sini, daftar kegiatan dong, gabung sama kita.. ini, Pandu yang sering aku cerita-ceritain" - Caca
4. Piknik Bersama di Pulau Gili Air

Kita difasilitasi full akomodasi sama si Empunya Pulau, Pemilik salah satu hotel di pulau ini, Naya.
5. Piknik ke Jakarta

Foto ini diambil oleh Wakil Dekan III, loh. Kita bertemu di bandara dan diberi bekal-bekal gitu. hehe ^_^
Hari itu juga, hari pertama Naya mengenakan kerudung cantiknya. Oh bahagianya.
6. Lebaran di Kuningan

Ruang tamu rumah Rere yang sempit
7. Piknik ke Borobodur, Magelang-Yogyakarta.

Muka-muka lesu yang harus hemat uang jajan.
8. Piknik ke Malioboro

Demi sahabat, aku rela bulak-balik Kaliurang-Malioboro setiap hari. Ngapain? BELANJA OLEH-OLEH!
9. Surprise Ulang Tahun Rere yang ke 21

Ini surprise yang paling kurang ajar, kelebihan sebulan.
10. Les Peramalan Bisnis di Sayang-Sayang

Di rumah Bude Rere
11. Surprise Ulang Tahun Naya

Di Pelabuhan Bangsal, Lombok Utara.
12. Piknik ke 2.300 mdpl

Di Bukit Nanggi, Sembalun, Lombok Timur
13. Jenguk si yang paling manja, Caca.

Di posko KKN Caca.